Sabtu, 04 Januari 2014

Sisi Lain Berhijab?

"Udah 2014, harus jadi manusia yang lebih baik dari tahun sebelumnya." Ini mungkin bakal jadi pembukaan tulisan gue sekarang. Yap, nggak kerasa ternyata sekarang udah tahun 2014 aja, waktu berjalan cepet banget sampe-sampe 365 hari aja nggak kerasa ya? Tapi bukan itu yang bakal gue bahas sekarang... Check it out guys!

Baru-baru ini gue menonton film 99 Cahaya di Langit Eropa yang diangkat dari novel laris karya Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra. Film ini menceritakan pengalaman nyata sepasang mahasiswa Indonesia yang kuliah di Eropa. Menceritakan bagaimana cara mereka beradaptasi, hingga bertemu dengan Fatma; seorang agen muslim dari Turki yang memiliki seorang anak bernama Ayse. Lama kelamaan mereka menjadi sahabat. Fatma selalu mengajak Hanum melihat peninggalan-peninggalan besar Islam di Eropa, yang akhirnya bisa menuntun pasangan mahasiswa tersebut kepada rahasia besar Islam di benua Eropa.  Namun semua berubah saat Hanum mengetahui semua rahasia dibalik Ayse...

Well, menurut gue kalian harus menonton film ini. Meskipun ada part 2-nya dan itu harus nunggu beberapa bulan. Hm tapi applause 1000x buat film ini, menyentuh banget guys! Sisi lainnya gue baru sadar, kalau ternyata memakai kerudung itu sedikit susah untuk orang yang belum terbiasa. Dan gue bersyukur karena; Alhamdulillah gue udah menggunakan kerudung ini dari SD sampe sekarang. Sempat berfikiran melihat cewek-cewek nggak pake kerudung itu 'cantik'-nya lebih kelihatan. Tapi gue salah, karena seorang wanita yang sebenarnya akan terlihat lebih cantik apabila mereka bisa menutup mahkota mereka, bahkan mungkin menutup seluruh anggota tubuh kecuali telapak tangan dan wajah.

Para bloggers, berhijab bagi seorang perempuan muslim adalah suatu kewajiban yang hukumnya jelas tercantum dalam dalil Al-Quran maupun Sunnah Rasul. Oleh karena itu, jika seorang muslimah itu memang beriman dan bertakwa kepada Allaah SWT dan Rasul-Nya maka wajiblah ia untuk menggunakan kerudung.

Berhijab ini berkaitan dengan keadaan tubuh secara fisik. Maka tidak ada istilah "yang penting hatinya dulu yang berhijab, baru kemudian badannya yang berhijab." Sesungguhnya sangat jelas perintah Al-Quran dan Sunnah Rasul mengenai hijab ini, bukan hati. Karena hati memiliki peraturan sendiri, dan badan pun(secara fisik luar) memiliki pengaturan sendiri, tidak dapat dicampur adukkan. 

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzaab (33):59

"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allaah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Allah SWT berfirman memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyuruh para wanita mukmin seluruhnya untuk menjulurkan atau menutup jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Tujuannya agar kita kaum perempuan tidak mudah dapat di ganggu oleh laki-laki yang tidak tahu malu. InsyaAllaah apabila kita dapat menjaga kehormatan kita sebagai kaum muslimah, kita akan mendapatkan pendamping hidup yang layak dan bertanggung jawab untuk kita. Itulah janji Allaah untuk para umatnya yang mampu menjalankan perintahnya..

Nah, kalian sekarang udah bisa milih kan 2014 ini mau gimana? :)

Selasa, 01 Oktober 2013

Cinta Dalam Diam

Gaisss, sekarang izinin gue membahas tentang memendam perasaan. Siapin tissue aja kalo mau bacanya. Dan sorry kalo ada yang berasa kesepet. Check it out gais!:p


Jika cinta tak hanya diam, apa yang sesungguhnya dirasakan oleh mereka yang mencintai dalam diam? Apa perasaan yang mereka simpan sendirian bisa disebut cinta? Apa cinta itu bisa hadir tanpa harus mengalami apa-apa.
Buat kamu, kita berdua mungkin nggak pernah mengalami apa-apa. Buat kamu, saling lempar senyum mungkin cuma interaksi yang biasa aja antara dua orang yang saling mengenal. Buat kamu, nggak perlu persiapan khusus buat menyerukan sebuah nama lalu akhirnya saling berbicara. Buat kamu, mungkin nggak begitu sulit buat berada di dekat aku dengan irama jantung yang beraturan. Tapi buat aku, semua nggak semudah itu. Butuh waktu buat merasionalkan semua rasa yang muncul terhadap kamu. Butuh proses buat membiasakan diri saat kamu sedang berada di dekat aku.

Tentang bagaimana buat bersikap tenang, di saat jantung ini lagi berdegup kencang. Tentang gimana aku harus menggigit lidahku, demi menahan sebuah senyum yang nggak tahan ingin mengembang. Juga tentang gimana caranya buat tetap menginjak daratan di saat—tanpa kamu sadari, seringkali kamu membuat aku merasa bahagia. Kita emang nggak pernah mengalami sesuatu yang spesial. Aku bahkan belum benar-benar mengenali kepribadianmu. Tapi entah mengapa, hadir sebuah angan, bahwa aku dan kamu adalah dua orang yang bisa saling memahami satu sama lain. Aku merasa pernah menapaki waktu bersama kamu, bergenggaman tangan dengan kamu, memberikan pelukan hangat pada punggung kmu, juga tenggelam dalam dekapan kamu. Aku merasa sempat memilikimu.

Padahal tak satupun hal itu pernah terjadi. Aku sudah tersesat terlalu jauh dalam alam khayalku. Tapi di atas semua itu, aku tetap merasa cukup. Untuk bisa kembali jatuh cinta aja, udah lebih dari cukup.
Lagi pula kalo itu nggak cukup, apa yang sebenarnya aku cari? Apa yang sebenarnya aku harapkan? Aku nggak benar-benar tahu. Aku nggak tahu reaksi seperti apa yang ku tunggu-tunggu. Yang jelas jika dua orang tidak saling menyimpan rasa yang sama, apa mungkin bisa bersatu? Sepertinya bukan itu yang aku mau. Mungkin aku cuma ingin kamu tahu, tanpa harus ada yang memberitahu kamu.

Jika cinta tak hanya diam, lalu yang ada di hatiku ini apa? Jika cinta bukan hanya sekadar kata, apa lagi yang bisa aku lakukan selain berkata-kata dalam ruang hatiku sendiri? Jika aku harus menunjukkan sesuatu agar kamu perlahan tahu, bagaimana jika keadaan nggak pernah mendukungku? Jika aku terus berusaha untuk membuatmu melihatku, bukankah itu terlalu menyedihkan untuk dilakukan?

Sebagian diriku mendamba keajaiban. Berharap dirimu menjelma menjadi lelaki yang bisa jatuh cinta terhadap ketulusan yang nggak terlihat. Sebagian diriku yang lain begitu enggan bermimpi dan cuma ingin lari, sambil membawa kotak-kotak mimpi yang aku buat sendiri, berisikan namaku dan namamu yang masih terdengar sumbang jika disuarakan dengan lantang. Apa yang terjadi jika aku memberanikan diri untuk jujur padamu? Yang pasti semua takkan lagi sama. Kamu akan melihatku dengan cara yang berbeda. Entah bagaimana. Mungkin kau akan merasa kebingungan harus menyikapi seperti apa. Lalu kebingungan itu terus berputar pada porosnya dan  lama kelamaan akan menciptakan suatu pergeseran. Ya. Mungkin kamu akan menjaga jarak, menjaga tingkah lakumu, ucapanmu, menyembunyikan yang nggak seharusnya, menjadi sosok yang lain yang semakin ngga aku kenali, itukah? Aku sama sekali nggak menginginkan hal itu terjadi.

Jika cinta tak hanya diam, apa yang sesungguhnya aku rasakan terhadapmu? Apakah perasaan yang aku simpan sendirian ini bisa disebut cinta? Apa cinta itu bisa hadir tanpa harus mengalami apa-apa? Sekian lama aku terus bertanya dan bertanya. Jawaban yang aku terima nggak pernah sama. Nggak ada jawaban pasti. Lalu aku mencoba buat nggak lagi peduli dan berusaha berhenti mempertanyakannya. Aku mulai merasakannya dengan sukarela tanpa tanda tanya. Biar aja sebagian diriku jadi diriku yang dilihat kamu sebagai perempuan yang tak begitu tertarik berurusan dengan cinta. Lalu sebagian diriku akan tetap menjadi hantu yang nggak menjejak bumi.

Mencintaimu diam-diam.

Hanya cinta saja. Biar begitu adanya. Biar waktu yang menentukan dimana seharusnya perasaan ini berada. Apakah akan menguap menjadi udara, atau malah bakal mampu menjejakkan kaki di atas tanah, lalu menampakkan diri di hadapan kamu. Terlepas dari apa namanya perasaan yang aku miliki saat ini, aku nggak mau peduli. Yang pasti aku merasakannya, meski cuma sendirian, namun semoga cukup untukku, untuk seterusnya.
Cinta nggak hanya diam, mungkin ada benarnya. Maka aku telah mengakui perasaanku ini pada angin, juga pada tanah dan langit yang baik hati ini.
I’ve admired you for a long time...

Selasa, 17 September 2013

The Means of Love

Night readers dan bloggerrrr. Malem ini boleh nggak gue menggalau disini? Gue bikin postingan ini karena kemaren ada yang ngeask.fm gue dan bertanya cinta itu apa. Hahahaha siapin tissue aja ya kalo lo baca ini... 

Mempunyai cinta dan kehidupan yang baik pasti adalah salah satu keinginan kita kan? Tentunya ini berlaku bagi mereka yang memiliki sebuah 'semangat' hidup. 'Kalo kita lagi terpuruk gimana?' Selalu banyak pertanyaan kayak gini yang gue dapet dari para geng curcol...

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur? 
Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis ?

Hal hal yang terindah di dunia ini biasanya tidak terlihat. Ada hal hal yang nggak ingin kita lepaskan dan ada orang orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi ingat deh, melepaskan bukan berarti akhir dari dunia, melainkan awal dari kehidupan yang baru. Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis. Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah tersakiti. Kebahagiaan juga ada untuk mereka yang telah mencari dan telah mencoba. Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah masuk ke dalam kehidupan kita. 

Cinta adalah ketika lo menitikkan air mata, tetapi masih peduli sama dia yang udah nyakitin lo berkali-kali. Cinta adalah ketika dia nggak mempedulikan lo, tapi lo masih menunggunya dengan sangat setia. Dan cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan lo masih bisa tersenyum sambil berkata, ” Aku turut berbahagia untukmu...”

"Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu
Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi
Ingatlah, kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya
Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati bersamanya
Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala hal
Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh"

Cinta, mungkin kalian terkadang merindukan 'sesuatu hal' yang telah hilang yang dapat mengobati rasa getir, gelisah hidup ini. Ada kalanya cuma kata-kata bijak yang dapat mengangkat motivasi kita kembali kayak semula lagi. Kata-kata bijak itu tentunya sebuah puisi. Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupan lo, lo akan belajar tentang diri elo sendiri dan suatu saat kalian akan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidup lo. Tapi hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah lo buat yang seharusnya ada di dalam hidup kalian.

Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang. Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita atau karena ia tidak mempedulikan kita. Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu akan lebih bahagia apabila kita melepasnya. Tetapi kalo lo benar-benar mencintai seseorang, jangan dengan mudah kita melepaskannya. Berjuanglah demi cinta. Untuk segala macam cinta.

Fight for your dream! Itulah cinta yang sejati.
Bukannya seperti prinsip ”Easy come easy go.”

Lebih baik menunggu orang yang benar benar kamu inginkan daripada berjalan bersama orang ”yang tersedia” . Lebih baik menunggu orang yang lo cintai daripada orang yang berada di sekeliling kita. Lebih baik menunggu orang yang tepat, karena hidup ini terlalu berharga dan terlalu singkat buat dibuang dengan ”seseorang”? Atau untuk dibuang dengan orang yang tidak tepat? Kadang kala, orang yang lo cintai adalah orang yang paling menyakiti hati lo.

Ucapan yang keluar dari mulut seseorang dapat berupa kebenaran ataupun kebohongan untuk menutupi isi hati. Kita dapat mengatakan apa saja dengan mulut kita, tetapi isi hati kita yang sebenarnya tidak akan dapat dipungkiri gaissssss. Apabila kalian hendak mengatakan sesuatu, tataplah mata lo di cermin dan lihatlah kepada mata yang kalian punya. Dari situ akan terpancar seluruh isi hati kalian, dan kebenaran akan dapat dilihat dari sana. 

So, kalian udah bisa pilih kan? :)

Senin, 09 September 2013

The Best Moment: Journey With Crew XB! [Part 1]

Maleeeem readers dan bloggerkuhhh! Yah ketemu lagi deh sama gue. Malem ini gue mau cerita tantang petualangan gue bersama crewXB Smunda2015. The most beautiful moments during class 10! Perjalanan mendaki gunung dan puncak Jayagiri di Kota Kembang ini. Tepatnya di daerah Lembang. Dan berikut perjalanannya menuju puncak Jayagiri. So amazing brobro! Tapi sayang gue telat ngepost-nya:(

Jadi tepatnya pada tanggal 11, bulan Mei 2013, gue beserta crewXB sepakat mengadakan ekspedisi ke sebuah tempat yang namanya Puncak Jayagiri. Kita serempak buat berkumpul di depan sekolah. Katanya sih jam 6.00 pagi harus udah ngumpul. Ya kebiasaan orang indonesia lah, ngaretsss. Akhirnya kita semua otw jam 6.30-an karena nunggu beberapa orang dulu. Buat mencapai trek ke sana, kita pakai kendaraan bak terbuka buat cewenya. Dan yang cowo pake motor. Hahaha entah kenapa gue meminta naik motor.......

Nah sebelum berangkat kita sempet-sempetnya narsis depan sekolah guys.




Setelah melewati jalanan Lembang yang berkelok-kelok, ya lumayan lah aksesbilitas ke Jayagiri cukup baik sejak ada jalan Raya Lembang. Mampu dilalui oleh kendaraan roda 2 dan roda 4, alaupun ± 500m menjelang portal Jayagiri, jalanan cukup buruk dengan banyaknya lubang dan pecahan kerikil di mana-mana. Ujung jalan tersebut berakhir pada pelataran parkir kecil semi permanen yang cukup menampung 6 mobil sekaligus. Wana Wisata ini dapat dicapai dari Kecamatan Lembang (2km).  Dengan membayar tiket masuk (plus asuransi dari perhutani) idr.2.000, ekspedisi bisa langsung dimulai. Akhirnya sebelum benar-benar sampai di atas, kita semua mengadakan berdoa bersama supaya dilindungi Allah SWT supaya bisa balik lagi dengan selamat yang dipimpin sama KM kita.


Suasana Berdoa Menuju Puncak Jayagiri


Tarik maaaannggg…….!



± 150m setelah portal Jayagiri, tanjakan mulai terlihat. ± 5 menit kemudian, kita akan menemukan 2 rute hiking, rute kiri adalah jalur pipa air dari mata air Jayagiri, relatif “agak landai”. Dan rute kanan (klasik) dengan banyaknya trap-trap tanjakan yang bikin dengkul dan paru-paru bekerja ekstra keras. Karena niatnya hiking, ya kita pilih rute kanan.

Memerlukan ± 45 menit trekking normal untuk menemukan shelter pertama. Hamparan shelter alam, dataran seluas ± 5m yang cukup untuk 2 halfdome tent gue rasa, jika kita ingin flying camp. Meredakan detak jantung 2-3 kali lipat dari biasanya dengan beberapa teguk air mineral dan gula merah yang kita bekal, membiarkan badan tersapu angin dingin Jayagiri, memberikan sensasi tersendiri. Berasa hampir melayang, beneran… (Ok bro, turunkan kembali kaki ke bumi. Tanjakan masih banyak).



Dari shelter pertama ini, gue crossing point ke rute kanan. Secara teknis rute kiri dan kanan sebenarnya berdampingan dengan jarak hanya ± 5 meter saja. Dan saat itu juga ada rombongan yang lewatnya trek kiri. Trekking terasa lebih amazing karena rutenya “tidak terlalu bersahabat” dibanding rute kiri. Dengan trekking normal, hanya memerlukan ± 30 menit untuk menemukan shelter kedua, sebuah dataran seluas ± 20m2, dengan warung makanan dan minuman instan plus 3 kursi panjang terbuat dari bambu, hoorreeeyyyy.



Suasana setelah mencapai shelter ke-dua


Saat treking melalui rute klasik untuk pendakian ke puncak gunung Tangkuban Perahu via Jayagiri (dalam lanscap rapatnya ratusan pinus dan puspa), gue menemukan sedikitnya 3 view spot terbaik untuk melihat bentangan pemandangan kota Bandung, Cimahi dan sekitarnya. Penawar terbaik untuk rasa lelah karena adrenalin yang terpacu oleh tanjakan terus menerus. Sambil beristirahat, menikmati makanan ringan yang kita bawa. Gue rasa dataran ini lebih mirip tempat transit. Pertemuan antara 2 rute klasik hiking Jayagiri, 1 rute offroad (Four Wheel Drive, Motocross, dan Downhil Mountain Bike), yang kemudian mengarah langsung ke gunung Tangkuban Perahu. Di sepanjang rute tersebut kita akan menemukan lagi 2 cross point. Cross point pertama akan mengarah langsung ke Hutan Wisata Cikole, asik banget buat camping ground, outbond, paintball wars atau airsoft gun. Dan cross point kedua akan berakhir di pelataran parkir bus pariwisata gunung Tangkuban Perahu. Di sini kalian bakal langsung nyium bau belerang eoooohhhh. But... How so aaaaamaaaazzzziiiiingggg right?


Keindahan Jayagiri yang dihiasi ratusan pohon

Gimana? Keren bangetkan view-nya? :D




so sampai disui dulu yah, tunggu kelanjutan petualangan gue bersama para crewXB menuju Gunung Tangkuban Perahu ya guyssss! [to be continue...]

Selasa, 03 September 2013

The One That Got Away

Malem readersss. Apa kabare? Hahaha tumben ya gue bacot... Ah nggak apa-apa lah ya. Semasih bisa nulis dan menumpahkan ide-ide kenapa nggak?

Terkadang kita selalu menanggapi 'kepergian' secara berlebihan. Hingga kita harus sampai berjalan secara tertatih-tatih disaat kedua kaki kita masih bisa berdiri tegak. Lebih parah itu kalo udah lebih milih diem. Ada juga yang udah nyoba buat berjalan secara perlahan, tapi hopeless dan selalu di anggap lemah. Padahal, bisa aja kan dia lagi menikmati sebuah pelajaran tertentu?

Sebenernya kepergian itu bakalan selalu terjadi, dimana saja, kapan saja, pada siapa saja. Dan selalu berusaha untuk memisahkan apa saja yang pernah kita jumpai. Nggak tau cuma buat sesaat, atau mungkin selamanya? Nggak ada yang tau kan. 

Kalian selalu merasa kesepian? Kalo iya, kalian tau nggak apa yang bikin kalian merasa kayak gitu? Iya, itu semua muncul dari diri kita sendiri. Kadang kita terlalu berlebihan mengagung-agungkan seseorang dan meomerduakan arti diri kita sendiri. Kita lah yang terkadang sibuk memberi makan hati orang lain sampai akhirnya lupa memberi makan hati diri sendiri. Dan begitu pun dengan seseorang yang kita cintai pergi, kita sudah terlanjur terbiasa mengabaikan diri sendiri. See? Kita juga lupa bagaimana caranya mencintai dan menghargai diri sendiri.

Dimanapun letak kesalahan yang membuat terpisahnya suatu ikatan, bukankah kita bisa mengartikan semuanya dengan lebih sederhana? Kalo yang berpisah emang harus berpisah, dan yang berjumpa memang harus berjumpa. Orang-orang yang memilih pergi, mungkin emang berhak untuk pergi. Sama halnya dengan orang yang memilih untuk tetap sendiri, mungkin karena mereka emang berhak untuk memilih sendiri. Tak ada yang salah, selama kita tak membohongi perasaan diri sendiri. Karena kita tidak hidup di dalam tumpukan roti berselai cokelat. Kita ini nggak bisa mengecap rasa manis pada seluruh detik yang kita miliki. Tapi bukan berarti kita harus menganggap kepahitan sebagai suatu duka. Justru pahit memiliki nilai untuk menetralisir, ya kan? Menyembuhkan, seperti obat.

The one that got away.



Sebuah sebutan untuk mereka yang udah pergi. Terlepas dari "apakah mereka memilih pergi atau nggak". Yang jelas mereka emang ditakdirkan untuk tidak lagi berada di dalam jangkauan kita. Atau sebaliknya.

"Gimana kalo mereka balik lagi?"

Mungkin ini salah satu yang selalu kalian permasalahkan. Kalo emang mereka harus balik lagi, ya emang mereka harus balik lagi ke dalam kehidupan kita. Lagi-lagi jawaban yang sederhana dan nggak semudah mengatakannya, betul? Jika mereka kembali untuk membagi luka itu lagi, berartu kita belum cukup diajari. Artinya masih banyak pelajaran yang sedang mengantri untuk kita terima dari rasa pahit. Dan jika mereka kembali untuk menata semuanya kembali, tak perlu mencegah hal itu terjadi. Tapi jangan pula menanti-nanti. Cukup yakini saja bahwa tak ada luka yang takkan terobati. Entah berkat waktu, atau berkat kedatangan seseorang yang baru :)